Gunung
raung merupakan bagian dari kelompok pegunungan ijen yang terdiri dari beberapa
gunung, diantaranya adalah gunung suket yang memiliki ketinggian 2.950 mdpl,
gunung pendil 2.338 mdpl, gunung rante 2.664 mdpl, gunung merapa 2.800 mdpl,
gunung remuk 2.092 mdpl, gunung ijen 2.443, dan gunung raung yang memiliki
ketinggian 3.332 mdpl. Mdpl sendiri adalah “meter di atas permukaan laut”.
Gunung raung sendiri mempunya kaldera 500 meter, gunugn raung sendiri adalah
salah satu dari beberapa gunung berapa yang masih aktif di daerah indonesia,
untuk medaki gunugn raung ada 4 jalur pendakian yang bisa kita lewati tapi
tidak bisa kita lalui secara bersamaan karena kita tidak bisa memutari puncak
gunung raung, 4 jalur pendakian gunung raung yang sering di lewati adalah via
sumber wringin yang berada di kabupaten bondowo, jalur ini cukup mudah untuk
dilewati dan bisa di tempuh dalam waktu 3 hari dari desa terakhir menuju
puncak, 3 jalur lainnya berada di banyuwangi yaitu via kalibaru jalur ini
dibuka oleh tim mapala pataga surabaya, via glenmore yang di buka oleh tim
mapala UI dan terakhir adalah via jambewangi yang di buka oleh tim OPA luwak
yang berada di kawasan tersebut,
Jalur pendakian yang akan saya ceritaklan disini adalah
jalur pendakian via jambewangi, kenapa jambewangi ? karena saya sudah melalukan
pendakian melalui jalur ini.
Klo kita berangkat dari jember tranportasi yang mudah
adalah menggunakan kereta dari stasiun jember menuju stasiun kalisetail yang
berada di banyuwangi. Setelah sampai di stasiun kalisetail kita bisa
melanjutkan untuk sewa mobil atau naik ojek untuk menuju desa terakhir, yaitu
desa jambewangi, setelah sampai desa jambewangi kita bisa langsung menuju OPA
luwak yang ada disana untuk mencari informasi ter update. para pendaki biasanya
melalui jalur kalibaru dan sumberwringin bondowo, jadi untuk jalur jambewangi
sangat jarang dilewati sehingga masih sangat alami dibandingkan jalur pendakian
yang lain.
Dalam
perjalan menuju puncak raung kita akan melewati hutan pinus sampai kita
menemukan post brakseng kita bisa beristirahat dan mengambil air disana. Untuk
menuju puncak kita akan melwati 10 post dan di post 10 kita bisa menaruh tenda
dan barang-barang lainnya untuk melewati batas vegetasi dan menuju puncak
gunung raung. Kebetulan pada waktu kesana saya dan tim kehabisan air di post 10
sehingga kita sangat kebingunan dan melalukan survival untuk mendapatkan air,
karena mendapatkan air dengan melakukan survival sangatlah minim berhasil jadi
kita memutuskan untuk mencari sumber terdekat, setelah beberapa jam kita
melakukan pecarian sampai ada durigen kita yang jatuh ke jurang kita memutuskan
untuk menghubingi OPA luwak dan mencari informasi tentang keberadan sumber yang
berapa di sekitar post, “masih ada jaringan indosat dalam perjalanan menuju puncak”
informasi yang kita dapat sumber berapa di sisi kanan camp kalau kita menghadap
ke arah puncak, untuk menuju sumber sangatlah tidak mudah, kita harus
menggunakan alat bantu untuk turun dari tebing menuju sumber,
Setelah
keesokan harinya kita kita melanjutkan perjalanan menuju puncak dan hanya
membawa barang-barang yang kita perlukan seperti carmantel, webing, kamera dan
tentunya mamiri. Jalur dari batas vegetasi tidaklah mudah karena karena
jalannya yang miring dan pasir yang mengeras, sekitar jam 10 kita turun dari
puncak dan keesokan harinya langsung turun. Saat saya melakukan pencakian
dibutuhkan waktu 5 hari menuju puncak dan 2 hari untuk turun , demikian catatan
perjalanan yang bisa saya ceritakan, klo mau bertanya-tanya silahkan komen ya
:D
karena pada saat itu kamera yang kita gunakan tidak bisa mengambil gambar jadi kita terpaksa menggunakan camera HP yang kapasitas kameranya jelek. tapi untungnya kamera yang kita bawa mash bisa untuk merekam vidio, untuk vidienya nanti menyusul ya. soalnya masih dalam proses pengabungan :D
Adakah guide lokal yang bersedia mendampingi?
BalasHapusada cp opa luwak
BalasHapusNo wa, bhosz.
BalasHapusOpo luwak.